Mini Website sebagai Sarana Berbagi Pengetahuan

Contoh Kritik Sastra dan Esai Serta Ciri-Cirinya

Guruberbahasa.com - Contoh Kritik Sastra dan Esai Serta Ciri-Cirinya

Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah selalu mempertimbangkan empat komponen berikut ini. 
a. Data atau fakta 
b. Inference atau kesimpulan 
c. Evaluasi atau judgment 
d. Penilaian 
Selain itu, juga harus didukung oleh intuisi penulis secara tajam dan kritis. 

Perhatikan contoh kritik sastra dan esai berikut ini. 

a. Contoh kritik sastra


Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung 
Penulis: Purwana Adi Saputra 

Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan dibantu para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu godam paksa. 

(Dikutip seperlunya dari Solopos, 5 Desember 2007)

b.  Contoh esai 


Perda Kesenian dan Rumah Hantu 
Oleh: Teguh W. Sastro 

Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya (DKS) melontarkan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda (Peraturan Daerah) Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter (pandai) dan ada juga yang keminter (sok tahu). Oleh karenanya, perten-tangan  di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan
seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya. Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaannya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian sendiri? 

(Dikutip seperlunya dari Jawa Pos, 30 Januari 2007)
Tag : Essai
0 Komentar untuk "Contoh Kritik Sastra dan Esai Serta Ciri-Cirinya"

Silakan Tulis KOMENTAR yang tidak mengandung SARA DAN P*RN*GRAFI.

Back To Top